Saturday, June 9, 2012

Konsep Dasar PTK


BAB I
Pendahuluan


Salah satu masalah klasik namun sangat krusial yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah adalah masih sulitnya mereka menerapkan produk-produk penelitian dan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran yang direkomendasikan oleh pemerintah. Akibatnya hingga saat ini seringkali kinerja guru masih saja dipersoalkan oleh berbagai pihak.
Beberapa aradi pemicu munculnya masalah di atas antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: (1) produk-produk inovasi pembelajaran dan hasil penelitian yang ditawarkan kepada guru sering kali tidak melibatkan guru dalam pembentukan pengetahuan (knowledge construction) sehingga ada kecenderungan produk-produk inovasi seringkali di luar jangkauan guru. (2) penyebarluasan (dessimination) inovasi pembelajaran dan hasil penelitian kepada kalangan praktisi pendidikan (guru) sering memerlukan jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan karena kurang efektifnya pola atau model deseminasi yang dikembangkan selama ini, baik melalui seminar, penataran, maupun publikasi ilmiah akibat dari kurang termonitor dan kurang terencananya tindak lanjut selepas dari penataran atau seminar dan kurang jelasnya sasaran dan materi pembinaan (Tilaar, dkk, 1992). Deseminasi hasil penelitian dan inovasi-inovasi baru pendidikan melalui publikasi ilmiah sering kali membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, selain itu ditunjang oleh ‘budaya’ guru untuk membaca dan mencoba hasil penelitian dan inovasi yang didapat dari publikasi llmiah masih sangat rendah. Hal ini membuat ‘wajah’ pendidikan kita tidak pernah berubah mulai dari jaman aradigm sampai jaman global.
Namun demikian bukan berarti bahwa kualitas kompetensi professional guru tidak dapat ditingkatkan atau persoalan-persoalan yang dihadapi guru tidak dapat dipecahkan. Jalan pertama yang paling bijaksana untuk mengatasi hal ini adalah berusaha memotong jalur deseminasi yang berliku serta membekali dan membudayakan guru cara memecahkan masalah secara mandiri sekaligus dapat meningkatkan mutu pembelajaranya. Kedua menumbuhkan rasa butuh (need oriented) pada guru untuk mampu menafsirkan dan menerapkan hasil-hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran. Sehingga dengan demikian penafsiran dan penerapan hasil-hasil penelitian bukanlah menjadi beban ekstra bagi seorang guru, melainkan sudah merupakan suatu kebutuhan mendasar yang melekat dan harus dipenuhi oleh seorang guru.
Salah satu upaya strategis yang dilakukan guna mengatasi permasalahan di atas adalah menggeser aradigm pendidikan dari bersifat top down menuju aradi up yang bersifat konstruktivis, aradigm pragmatis. Perubahan aradigm ini membawa konsekuensi logis bahwa guru tidak lagi ditempatkan sebagai penerima pembaharuan, namun guru juga turut bertanggungjawab dan berperan aktif dalam melakukan pembaharuan pendidikan serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya, khususnya dalam pengelolaan pembelajaranya di dalam kelas. Salah satunya pembekalan ketrampilan penelitian tindakan kelas.
Upaya ini akan memberi dampak positif ganda. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran (learning problem) akan semakin meningkat. Kedua, penyelesaian masalah pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi (content quality), masukan, proses, sarana dan prasarana, dan hasil belajar. Dan ketiga¸ peningkatan kedua kemampuan tadi akan bermuara terhadap peningkatan mutu pendidikan dan kualitas luaran.
Melalui upaya ini (penelitian tindakan kelas) masalah-masalah pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan secara konstruktivis oleh guru, sehingga proses pembelajaran yang inovatif dan ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diaktualisasikan secara sistematis.
Selanjutnya apa, mengapa dan bagaimana penelitian tindakan kelas tersebut dapat kita ikuti dalam uraian singkat di bawah ini.






























BAB II
Konsep Dasar PTK
( Penelitian tindakan kelas )

A.       PENGERTIAN PTK
penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin (1946). Lewin menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama, dan (2) komitment untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja. Kedua ide pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik dasar penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif atau usaha secara bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New York sebagai pendekatan penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan kelas (PTK).
B.   Sejarah PTK
Awalnya diinspirasi oleh filsuf JONH DEWEY (1910) dalam bukunya How We Think dan The Source of a Science of Education.
 Perkembangan berikutnya menurut Stephen M Carey (1950) yang mempelopori penelitian untuk guru.
 Penelitian tindakan sempat mengalami masa kemunduran ketika diadvokasi oleh Hog Kinson (1957)
Pada akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980, di Amerika Serikat timbul keinginan untuk mewujudkan kolaborasi, untuk itu Gideonse (1983) mengemukakan perlu dilakukan restorasi terhadap pendekatan penelitian.
 Kolaboratif semakin meluas dan memperoleh dukungan dari Schon 1983 dan Prunty Hively 1982.
 Kolaboratif akhirnya dikenal dengan suatu Penelitian Tindakan (Action Research).
Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan kelas (PTK) berikut ini akan disajikan beberapa definisi PTK yang dikemukakan oleh para ahl tersebut, (1) Standford (1970) mendefinisikan penelitian tindakan adalah ‘analysis, fact finding, conceptualization, planing, execution, more fact finding or evaluation; and then repetition of this whole circle of activities; indeed, a spiral of such circles, (2) Tim proyek PGSM (1999) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantaban rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan, (3) Mukhlis, Abdul dan Nur, Mohamad (2001) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis dan siklustis, (4) Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah ‘action research is a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out’ (penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan) Mills (2003) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai berikut; ‘Any systematic inquiry conducted by teacher researchers ... to gather information about how their particular schools operate, how they teach, and how well their students learn’. (5) Rapoport (1991) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai berikut; ‘Action research aims to contribute both to the practical concerns of people in an immediate problematic situation and to the goals of social science (including education) by joint collaboration within a mutually acceptable ethical framework.


C.    KARAKTERISTIK PTK
Berdasar uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya di atas, maka dapat dicermati karakteristik penelitian tindakan kelas, yang berbeda dari karakteristik penelitian formal, yaitu bahwa PTK merupakan;
1)      an inquiry on pratice from within
Karakteristik pertama dari penelitian tindakan kelas bahwa kegiatan tersebut dimulai oleh permasalahan praktis yang dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-harinya sebagai pengelola program pembelajaran di dalam kelas atau sebagai jajaran staf pengajar di sekolah. Dengan kata lain penelitian tindakan kelas bersifat practice driven dan action driven, dalam arti bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan memperbaiki praksis secara langsung ‘disini’, ‘sekarang’ sehingga seringkali istilah penelitian tindakan kelas dipertukarkan dengan istilah penelitian praktis.
Dari uraian di atas tersurat dengan jelas bahwa penelitian tindakan kelas menitikberatkan pada permasalahan yang spesifik dan kontekstual, hal ini membawa konsekuensi penelitian tindakan kelas tidak terlalu menghiraukan kerepresentativan sampel seperti pada penelitian formal karena memang tujuan penelitian tindakan kelas bukan untuk menemukan, mengembangkan atau merevisi sebuah teori yang dapat digeneralisasikan secara luas, penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memperbaiki (improvement) permasalahan praktis dalam pembelajaran ‘disini’ dan ‘sekarang’.
Penelitian tindakan kelas juga berbeda dengan penelitian formal dalam hal metodologi, metodologi penelitian tindakan kelas tidak kaku seperti penelitian formal, dalam arti tidak terlalu memperhatikan kontrol terhadap perlakuan. Namun demikian sebagai kajian yang taat kaidah pengumpulan data tetap dilakukan dengan menekankan objektivitas. Pengungkapan kebenenaran dilakukan secara cermat dan objektif sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat.
Dengan kata lain, sebagaiman halnya dengan penelitian formal, Penelitian tindakan kelas dimaksudkan bukan untuk mengemukakan pembenaran diri (self justification), melainkan untuk mengemukakan kebenaran, meskipun jangkauanya lebih terbatas (tidak bisa digeneralisasikan ke populasi).
Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas bepijak pada dua landasan yaitu involvment, keterlibatan langsung guru dalam pelaksanaan penelitian dan improvement, komitmen guru untuk melakukan perbaikan, termasuk perbaikan dalam cara berpikir dan kinerjanya sendiri, kerena itu penelitian tindakan kelas dapat menjadi self reflective inquiry bagi guru, dalam situasi nyata di dalam kelas.
2)      Collaborativ
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru, tetapi harus berkolaborasi dengan sejawatnya. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Nuansa kolaborasi ini harus tertampilkan dalam keseluruhan proses mulai dari identifikasi masaah bersama, perencanaan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas, observasi dan evaluasi, dan refleksi, sampai dengan penyusunan laporan akhir penelitian.
3)      Reflective, Practice, Made Public
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan untuk perbaikan (improvement) praktis. Berbeda dengan penelitian formal yang lebih mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan kepada proses ‘perenungan kembal’i (refleksi) terhadap proses dan hasil penelitian secara berkelanjutan untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang efektifan, dan sebagaianya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat digunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus-siklus selanjutnya.
4)      Every day Pratical Problems
penelitian tindakan kelas lebih memfokuskan permasalahan nyata di dalam kelas yang dihadapi guru sehari-hari, bukan berangkat dari permasalahan yang bersifat teoritis (teoritical problems). Oleh sebab itu penentuan masalah dalam penelitian tindakan kelas harus berawal dari permasalahan nyata di dalam kelas, yang kemudian didiagnosis akar masalah dari permasalahan tersebut sebelum bisa menentukan langkah-langakah tindakan yang paling tepat.
5)      Teori menuju aksi
 Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk mengadopsi teori kedalam tindakan nyata untuk merubah situasi yang sulit kedalam permasalahan praktis yang bisa dipecahkan.
D.    TUJUAN DAN MANFAAT PTK
Apakah tujuan kita melakukan penelitian tindakan kelas? Sebagaimana sudah dijelaskan pada paparan sebelumnya, jawaban yang paling mudah terhadap pertanyaan tesebut adalah penelitian tindakan kelas dilaksanakan demi perbaikan (improvement) atau peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan/berkesinambungan. Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan, kata perbaikan disini harus dimaknai dalam konteks pembelajaran khususnya dan implementasi program pada umumnya
Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas, untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar, pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah ‘bagaiamana tujuan tersebut itu dapat tercapai?’ tujuan itu dapat tercapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan, kemudian mencobakan berbagai tindakan alaternatif secara sistematis guna memecahkan permasalahan tersebut, dengan kata lain, dilakukan perencanaan tindakan alterfnataif oleh guru, kemudian dicobakan, dan dievaluasi efektifitasnya dalam memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh guru. Daur tindakan inilah yang digambarkan dalam gambar 1 sebelumnya. Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam konteks pembelajaran dapat terwujud akibat adanya PTK, dampak penyerta yang dapat dicapai sekaligus oleh kegiatan penelitian ini adalah tumbuhnya budaya dan produktivitas meneliti di kalangan praktisi pendidikan (guru).
Dengan demikian akibat logis dari uraian di atas maka banyak manfaat yang dapat dipetik, diantaranya yaitu (1) guru semakin diberdayakan (empowered) untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri, dengan kata lain prakarsa untuk melakukan ‘revolosi inovasi’ dalam pendidikan hanya akan berhasil jika dimulai dari ‘ujung tombak’ pelaksana di lapangan. (2) guru memiliki keberanian mencobakan hal-hal baru yang diduga dapat membawa perbaikan dalam kegiatan pembelajaranya di dalam kelas, keberanian ini berdampak pada munculnya rasa percaya diri dan kemandirian guru dalam memecahkan permasalahan pembelajaranya di dalam kelas. (3) Guru tidak lagi puas dengan rutinitas monoton (complacent), melainkan terpacu untuk selalu berbuat lebih baik dari sekarang yang telah diraihnya sehingga terbuka peluang untuk peningkatan kinerja secara berkesinambingan (continue).
Secara ringkas, inovasi pembelajaran yang bersifat bottom up (tumbuh dari bawah) dengan sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan dari ata (top down). Hal ini karena pendekatan inovasi pembelajaran yang bersifat top down tidak jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru secara individual bagi pemecahan permasalahan pembelajaran yang tengah dihadapinya di dalam kelas.









E.     Aspek pokok PTK
Tabel 2 Aspek yang perlu diperhatikan dalam PTK/CAR


1. Masalah
Masalah dirasakan dan dihadapi peneliti dalam melaksanakan tugas pekerjaan
2. Tujuan
Melakukan perbaikan, peningkatan, atau perubahan ke arah yang lebih baik
3. Manfaat/ Kegunaan
Manfaat langsung terlihat dan dapat dinikmati oleh objek penelitiannya
4. Teori
Dipakai sebagai dasar dalam memilih dan menentukan aksi atau solusi tindakan
5. Metodologi/ Desain
Bersifat lebih fleksibel sesuai dengan konteks tanpa mengorbankan asas ilmiah metodologi. Langkah kerja bersifat siklik (ada siklus) dan setiap siklus ada 4 tahapan. Analisis terjadi dalam proses setiap siklus

















MATERI KULIAH
METODE PENELITIAN dan PENULISAN KARYA ILMIAH
( Konsep Dasar PTK )





Kelompok II
Prodi : PGSD –B
Semester : 4
Anggota :
·          Yulianti
·         Diana Agustini E
·         Yudi Purnama

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH KUNINGAN





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Konsep Dasar PTK
ü  Pengertian PTK
ü  Sejarah PTK
ü  Ciri-ciri & Karakteristik PTK
ü  Tujuan PTK
ü  Komponen PTK
ü  Prinsip Manfaat PTK
ü  Aspek pokok PTK
BAB III
Penutup ( Kesimpulan )
Daftar Pustaka










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari :
(a) praktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri,
(b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut,
(c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan) Mills (2003) mendefinisikan penelitian tindakan kelas

Apakah tujuan kita melakukan penelitian tindakan kelas?
Sebagaimana sudah dijelaskan pada paparan sebelumnya, jawaban yang paling mudah terhadap pertanyaan tesebut adalah penelitian tindakan kelas dilaksanakan demi perbaikan (improvement) atau peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan/berkesinambungan. Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan, kata perbaikan disini harus dimaknai dalam konteks pembelajaran khususnya dan implementasi program pada umumnya .







DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W. & Burnas, R. B. (1989). Research in the classroom
Elmsford: Pergamon Press Inc.
Hopkins, D. (1993).  A  Teacher’s Guide To Classroom Research.
Buckingham: Open University Prss.
McNiff, J. (1991). Action research: rinciples an practice. London: Mach millan.
McTaggart, R. (1991) Action Research: A Short Modern History.Geelong:
Deakin Unipersity Press.
Mills, G..E. (2000). Action Research: A Guide For the Teacher Researcher Columbus: Merrill,
Aa Imprint of Prentice Hall.
Raka Joni, T., Kardiawarman, & Hadisubroto, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (classroom
Action researh). Bagian Pertama: Konsep Dasar. Jakarta:Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah, Ditjen Dikti.
Riel, M. (1998). Teaching and Learning in the Educationl Communities of the Future. In: Dede,
C. (ed.). ASCD year Book 1998. Alexandria: IKIP Bandung.
Schmuck, R.A. (1997). Practical Action Research For Change. Arlington Height: Skylight Professional Development.

;





A.     PENGERTIAN PTK
penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin (1946). Lewin menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama, dan (2) komitment untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja. Kedua ide pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik dasar penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif atau usaha secara bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New York sebagai pendekatan penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan kelas (PTK).

B.     KARAKTERISTIK PTK

1)       an inquiry on pratice from within
2)       Collaborativ
3)       Reflective, Practice, Made Public
4)       Every day Pratical Problems
5)       Teori menuju aksi

C.     TUJUAN DAN MANFAAT PTK
Apakah tujuan kita melakukan penelitian tindakan kelas? Sebagaimana sudah dijelaskan pada paparan sebelumnya, jawaban yang paling mudah terhadap pertanyaan tesebut adalah penelitian tindakan kelas dilaksanakan demi perbaikan (improvement) atau peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan/berkesinambungan. Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan, kata perbaikan disini harus dimaknai dalam konteks pembelajaran khususnya dan implementasi program pada umumnya

No comments:

Post a Comment

welcome to my blog :)

Polling